Depok, 10 Februari 2025. Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Teknik (FT) yang tergabung dalam Team U berhasil membuat inovasi Lengkongliu, yaitu instalasi bambu modular yang membangkitkan tradisi lokal melalui pengalaman visual dan kinetik. Instalasi yang memadukan tradisi Bali dan Tiongkok ini berbasis performa yang memaksimalkan bentuknya untuk merespons peluanglokasi serta menggabungkan simbolisme budaya dengan permainan artistik cahaya, bayangan, dan gerakan.
Lengkongliu dibentuk dari bambu dan rotan yang dimasak dengan teknik sambungan tradisional. Selain mempergunakan kain, beton, dan baja untuk mendukung struktur dan estetika, layar Lengkongliu dirancang sebagai penangkap angin (wind catcher) yang mengarahkan angin untuk menggerakkan instalasi. Lengkongliu memiliki tiga keunggulan utama, ialah desain berbasis tampilan yang mengoptimalkan potensi lingkungan mirip anutan angin; konsep berakar pada tradisi lokal Bali dan Tiongkok; serta tata cara modular untuk memudahkan proses konstruksi yang membuatnya efisien dan fleksibel untuk aneka macam kebutuhan lokasi.
Di bawah panduan guru besar Departemen Arsitektur FTUI, Prof. Ir. Antony Sihombing, MPD., Ph.D., penemuan ini berhasil diciptakan oleh Tim U terdiri atas tujuh mahasiswa. Empat di antaranya berasal dari jurusan Arsitektur, yakni Vine Novia Pakpahan, Jasmine Arindita Khalis A, Syahlaisa Afra Amani, dan Luqman Kamaludin; sementaratara tiga yang lain dari jurusan Arsitektur Interior, yaitu Muhammad Izzudin Alqassam, Cecilia Grace Simamora, dan Laura Mellisa.
Menurut Prof. Antony, mahasiswa Arsitektur FTUI telah terbiasa dan terlatih membuat desain perencanaan dan perancangan. Saat ini, para mahasiswa tengah mengikuti Studio terakhir, yakni Studio Perancangan Arsitektur 5, sehingga sudah berpengalaman. “Selama kuliah tujuh semester, mahasiswa mencar ilmu tata cara perancangan, sehingga saat menciptakan penemuan Lengkongliu, mereka lebih gampang tune in dan cepat menciptakan konsep yang sesuai. Rancangan mereka kontekstual antara material bambu dan bagian angin, kemudian dibangun dengan skala 1:1 di China,” kata Prof. Antony.
Berkat inovasi Lengkongliu, Team U sukses menjangkau dua juara dalam ajang “2024 Guangdong-Hong Kong-Macao Greater Bay Area, Association of Southeast Asian Nations International Colleges and Universities Construction Competition”. Kompetisi ini ialah ajang konstruksi terbesar di Tiongkok yang telah berjalan selama 23 tahun. Mahasiswa arsitektur ditantang untuk merancang dan menciptakan paviliun seni kreatif dalam skala 1:1 memakai bambu selaku bahan utama. Tahap pertama persaingan berjalan secara terpisah di enam negara, adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Laos, dan Guangzhou, Tiongkok.
Pada persaingan yang diselenggarakan oleh The School of Architecture at South China University of Technology dan Guangzhou Nansha Bird Park, Team U menjangkau Juara 1 untuk Indonesia Division dan Juara 2 di tingkat internasional. Pengumuman tingkat regional Indonesia diadakan di Fakultas Teknik dan Perencanaan, Program Studi Arsitektur, Universitas Warmadewa, Bali, pada 26 Oktober 2024, sedangkan pengumuman tingkat internasional dijalankan pada 16 Desember 2024.
Dekan FTUI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., berharap inovasi Team U mampu menumbuhkan kreativitas dan mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi desain arsitektur. Tak cuma memenangkan persaingan, Lengkongliu akan direalisasikan di Guangzhou sebagai bagian dari pekan raya internasional The Guangdong-Hong Kong-Macao Greater Bay Area and ASEAN International Colleges and Universities Construction Competition. “Ke depannya, instalasi ini dibutuhkan menjadi pola penerapan arsitektur yang adaptif terhadap potensi lokasi sekaligus memberi gagasan inovasi berbasis budaya,” ujarnya.