Sinergi Biostatistik Dan Ai Untuk Pengambilan Keputusan Akurat Dalam Acara Kesehatan Penduduk Yang Efektif

Depok, 27 Februari 2025. Saat ini, dunia dan termasuk juga Indonesia, telah menghadapi banyak tantangan dalam bidang kesehatan, baik dari sisi penyakit menular maupun tidak menular, serta aneka macam dilema sosial lainnya. Kondisi kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebijakan pemerintah, gaya hidup, perkembangan teknologi, dan aspek lingkungan. Banyaknya problem kesehatan penduduk tersebut perlu penanganan dan tertuntaskan dengan baik agar persoalan kesehatan masyarakat semakin menyusut.

Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Drs. Sutanto Priyo Hastono, M.Kes., dalam pidato pengukuhannya (Rabu, 26/2) mengatakan, biostatistik ialah salah satu cara yang digunakan untuk pengambilan keputusan (merencanakan, mengawasi, dan menganalisa) kebijakan kesehatan masyarakat lewat pendekatan ilmiah yang berbasis data. Metode biostatistik mampu mengolah data kesehatan masyarakat dan menyediakan aneka macam tata cara untuk menganalisis data kesehatan, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi aspek risiko, mengecek intervensi, serta memodelkan penyebaran penyakit.

Namun, Prof. Sutanto menyampaikan bahwa seiring dengan pertumbuhan zaman dengan ditandai era digital yang kian maju, maka biostatistik saja tidak cukup untuk melaksanakan analisis data. Biostatistik perlu diperkuat dengan melakukan sinergi dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI). Menurutnya, ini ialah langkah penting dalam mengembangkan analisis data dan pengambilan keputusan di bidang kesehatan masyarakat.

“Biostatistik mempunyai kemampuan menganalisis data kesehatan berbasis data yang kuat, sedangkan kecerdasan bikinan (khususnya machine learning dan deep learning) memberikan kemampuan untuk memproses data besar (big data) dan dapat memperoleh contoh yang tidak terdeteksi oleh sistem statistik konvensional,” ujar Prof. Sutanto.

Ia menyertakan, banyak yang mampu dilakukan untuk melakukan sinergi antara biostatistik dengan kecerdasan buatan, contohnya dalam berbagi Pemodelan Prediksi dan Diagnostik Penyakit. Dalam biostatistik, model prediksi biasanya menggunakan tata cara statistik tradisional, mirip regresi logistik atau regresi Cox untuk memprediksi hasil kesehatan, mirip kemungkinan seseorang terkena penyakit menurut aspek-faktor risiko tertentu. Sedangkan, kecerdasan produksi dengan teknik machine learning, mampu dipakai untuk menyebarkan versi prediktif yang lebih mutakhir dan akurat.

“Misalnya, algoritma deep learning (neural networks) dapat digunakan untuk menganalisis data medis, gambar medis seperti radiologi, dan data genomik untuk mendeteksi penyakit lebih permulaan atau memprediksi risiko penyakit. Di sini, kita mampu jelaskan bentuk sinerginya, yakni dengan mempergunakan biostatistik untuk mengetahui korelasi antara variabel dan mendesain model prediksi, dan kecerdasan buatan untuk menanggulangi volume data yang besar dan pola yang lebih rumit, sinergi ini menciptakan sistem prediktif yang lebih besar lengan berkuasa,” kata Prof. Sutanto.

Lebih lanjut ia mengatakan, sinergi antara biostatistik dan kecerdasan bikinan membuka kesempatan besar dalam mengembangkan bidang kesehatan penduduk . Biostatistik menunjukkan fondasi metodologis yang besar lengan berkuasa untuk analisis data, sementara kecerdasan bikinan memberikan kemampuan untuk memproses data dalam jumlah banyak dan mengidentifikasi contoh yang lebih kompleks.

“Sinergi ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat, akurat, dan berbasis bukti, serta membantu merancang program kesehatan masyarakat yang lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran. Jika sinergi ini dimanfaatkan dengan baik, kita mampu menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks di abad depan, serta membuat tindakan preventif yang lebih tepat sasaran dalam mempertahankan kesehatan populasi,” ujar Prof. Sutanto dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Sinergi Biostatistik dan Kecerdasan Buatan untuk Pengambilan Keputusan Berbasis Data pada Kesehatan Masyarakat”.

Pada legalisasi yang dipimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., di Balai Sidang, Kampus UI Depok ini, turut didatangi Direktur Harita Nickel Group Ir. Drs. Tonny H Gultom Dipl.Hy.eng., IPU.,Asean Eng.; dan Guru Besar dan Koordinator Program Doktor Pariwisata Program Studi Pariwisata Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana Prof. Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si.

Sebelum dikukuhkan selaku Guru Besar ke-19 UI yang dikukuhkan pada 2025, Prof. Sutanto sudah menuntaskan pendidikan Sarjana Geografi Penduduk dan Demografi Penduduk di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1987. Kemudian, pada 1993 dia sudah menamatkan pendidikan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI. Masih di fakultas dan kampus yang serupa, pada 2013 beliau berhasil mendapatkan gelar Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat.