Kaji Tugas Perempuan Dalam Menghadapi Efek Kesehatan Balasan Perubahan Iklim

Depok, 17 Februari 2025. Sebagai pengasuh utama keluarga dan penjaga komunitas, wanita sering kali menjadi pihak yang paling terdampak dari perubahan iklim. Hal ini dikarenakan peran sentral mereka dalam keluarga dan komunitas. Sebagai pengasuh, wanita lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang berafiliasi dengan kesehatan keluarga, mulai dari mengelola anak-anak, merawat orangtua, hingga menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

Selain itu, perempuan di banyak tempat, baik perkotaan maupun pedesaan, kadang kala lebih dekat dengan sumber daya alam dan kemakmuran komunitas mereka. Oleh alasannya adalah itu, wanita mempunyai potensi besar untuk mensugesti kebiasaan sehari-hari yang mampu mengurangi pengaruh jelek perubahan iklim kepada kesehatan. Hal ini disampaikan pada diskusi publik sekaligus diseminasi hasil penelitian Tim dari Fakultas Ilmu Keperawatan (UI) Universitas Indonesia (UI) bersama dengan Monash University dan University of Melbourne, secara daring, pada Kamis (6/2).

Penelitian ini ialah kerja sama yang telah dikerjakan sejak Agustus 2023 dan menerima perlindungan pendanaan dari KONEKSI Research Grant Pilot. Penelitian yang berkonsentrasi pada tugas wanita ini diketuai oleh Ns. Suryane Sulistiana Susanti, S.Kep., M.A., PhD, dengan tim peneliti Indonesia yang berisikan Ns. Rona Cahyantari Merduaty, S.Kep., M.AdvN.; Ns. Indah Permata Sari, M.Kep., Sp.Kep.Kom.; dan Dessie Wanda, Ph.D. Kolaborasi juga melibatkan A/Prof. Zerina Lokmic-Tomkins, Ph.D dari Monash University serta A/Prof. Ann Borda, Ph.D dari University of Melbourne.

Salah satu temuan utama dari observasi ini yaitu bahwa pergeseran iklim menyebabkan petaka, mirip banjir rob, yang merusak lingkungan dan mengembangkan risiko penyakit berbahaya. Banjir rob tak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga mengakibatkan jerawat kulit, demam, gangguan pernapasan, bahkan kecapekan ekstrem. Lebih dari itu, wanita yang merawat keluarga kerap kali mesti berjuang lebih keras untuk memastikan kesehatan keluarga mereka setelah bencana, menimbulkan mereka golongan yang paling rentan terhadap efek kesehatan ini.

Walaupun banyak perempuan sudah mengetahui pentingnya berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim, mirip melalui penanaman pohon atau pengelolaan limbah, banyak dari mereka yang belum mengetahui langkah-langkah aktual yang mampu mereka lakukan. Hal ini terjadi alasannya kurangnya bimbingan teknis yang terperinci dari pihak berwenang yang mampu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini juga mendapatkan aneka macam solusi efektif untuk menangani masalah tersebut, yang dibutuhkan dapat memperkuat peran perempuan dalam mitigasi imbas kesehatan balasan pergeseran iklim, di antaranya pengelolaan limbah yang efisien dan ramah lingkungan; edukasi ihwal perubahan iklim dan kesehatan; pelatihan pemberdayaan ekonomi berkesinambungan; dan pembinaan kader kesehatan berbasis siklus kehidupan.

“Langkah-langkah ini mampu memperkuat kapasitas perempuan dalam menghadapi efek pergeseran iklim dan memajukan ketahanan keluarga serta komunitas terhadap peristiwa. Namun, untuk mampu melakukannya, mereka memerlukan sumbangan dari banyak sekali pihak, utamanya pemerintah yang harus lebih proaktif dalam memperlihatkan edukasi serta sumber daya yang dibutuhkan,” ujar Ns. Suryane.

Lebih lanjut, dia memastikan bahwa perubahan iklim tidak cuma mempunyai dampak pada masyarakat perkotaan, namun juga penduduk pedesaan yang terkadang memiliki kekurangan dalam mengakses isu dan sumber daya. Banyak bencana mirip banjir rob dan kekeringan yang tidak diidentifikasi dengan baik sebagai akhir dari pergantian iklim.

“Melalui diskusi ini, diperlukan penduduk makin sadar akan pentingnya langkah-langkah kolektif dalam menghadapi pergeseran iklim, serta mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam mitigasi dan menawarkan lebih banyak pemberian bagi wanita untuk menghadapi tantangan besar ini,” kata Ns. Suryane.

Dekan FIK UI, Prof. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS, FISQua, CHAE, menyampaikan rasa terima kasih atas kolaborasi antara peneliti Indonesia dan internasional dalam menghadapi gosip pergeseran iklim global. “Penelitian ini tidak cuma menyinari imbas pribadi perubahan iklim, tetapi juga menunjukkan peran krusial yang dapat dimainkan wanita dalam mitigasi imbas tersebut. Sebagai profesional kesehatan dan pemimpin dalam penduduk , telah menjadi peran kami untuk mempekerjakan wanita dengan kemampuan dan wawasan yang diharapkan untuk menghadapi tantangan ini dan menentukan kemakmuran generasi mendatang,” kata Prof. Rr. Tutik.